Doktrin dalam ajaran Egalitarian juga ingin menegaskan bahwa, secara fundamental setiap orang pada hakikatnya mengandung posisi yang sama. Nampaknya, hal ini yang menjadi prinsip hidup Sang Pria, Muhsin Bilfaqih.
Semasa hidupnya, baik sebagai tokoh agama, serta selaku tokoh politik yang pernah menjabat sebagai Ketua partai sekaligus duduk menjadi anggota parlemen, ia mempraktekkan pola laku hidup yang memposisikan orang lain sebagai bagian dari dirinya. Menurutnya, setiap orang, apapun latar belakang dan realitas hidupnya adalah sama atau setara.
"Tidak boleh ada yang merasa dia adalah turunan mulia, kemudian menuntut untuk mendapatkan keistimewaan dari orang lain. Kita semua sama. Yang kaya, miskin, pejabat dan penjual tomat adalah sama. Yang membedakan hanya kadar ketaqwaan Kita kepada Sang Khalik"
Terbukti, semasa hidupnya semua kalangan senantiasa mendapat jamuan yang sama dari beliau. Dari jendral hingga kopral, rakyat kecil dan para petinggi, yang religius bahkan yang tak suka agama, dipastikan mendapat suguhan dan pelayanan yang sama. Akhlak beliau dalam melayani tamu hingga berperan terhadap orang lain untuk membantu sungguh terlihat tulus dan bijaksana.
Saya sendiri, hingga saat ini sulit membentuk diri dengan adegan kebaikan seperti almarhum. Ia bukan sekedar orang tua, melainkan sahabat, guru, bahkan lawan debat yang bijak. Kini, belajar dari napak tilas beliau, Saya mencoba untuk mengambil langkah gerakan politik sebagaimana suksesnya ia menjadi wakil rakyat.
Melalui postingan ini, kupanjatkan doa untuknya yang hari ini berulang tahun. Semoga engkau abadi dengan Jannah-Nya di sana.
Alfatehah...
Komentar