Habib Ahmad Allatas (Kanan) mengukuhkan Pengurus Rabithah Alawiyah Manado |
alhikam-indonesia.com | Habib Ali bin Abu Bakar Assegaf terpilih ebagai Ketua Rabithah Alawiyah (RA) Manado. Putra pendiri Majelis Taklim Nuur Haddad ini dipercaya menahkodai RA pada momen Diklat Nasab RA, Sabtu (10/03) di Hotel Ahlan Manado. Ia mendapatkan suara penuh secara aklamasi dari forum tersebut.
Kegiatan yang dipimpin langsung oleh Ketua RA Pusat, Habib Ahmad bin Muhammad Alatthas tersebut juga membahas tentang peran Alawiyyin di Manado. Habib Ahmad mengingatkan para Habib dan Syarifah untuk senantiasa menjaga persatuan demi kemajuan bersama.
"Sudah saatnya kita berperan sebagai elemen bangsa yang ikut berpartisipasi demi kemajuan bersama. Hal ini hanya bisa dilakukan jika kita bersatu" ujar Habib Ahmad.
Dalam kesempatan tersebut, Habib Ahmad juga menjelaskan tentang sejarah Alawiyyin dan memahami silsilah keturunan Nabi Muhammad Saw. "Keberkahan dari dzurriat Nabi terihat dari peranannya dalam dakwah Islam, misi kemanusiaan serta menjaga solidaritas. Ini semua harus diwujudkan dengan menjunjung tinggi akhlak" tambahnya.
Taufik Bilfaqih bersama Hb. Ahmad |
Sementara itu, Taufik Bilfagih, Ketua Yayasan Al Hikam Cinta Indonesia yang hadir dalam momen tersebut turut memberikan gagasannya pada sesi diskusi. Menurutnya, eksistensi RA yang baru berdiri di Manado kali ini mesti dengan sungguh-sungguh turut memberikan pembinaan kepada ummat.
"Harapan Saya kepada Habib Ali selaku Ketua RA Manado untuk dapat mengelola organisasi ini dalam rangka membina umat. Jangan sampai kita sering terjebak pada isu-isu miring sehingga membuat persatuan para Alawiyyin tidak kokoh." Tegas Dosen IAIN Manado tersebut.
Taufik juga mengingatkan agar RA di Manado menjadi payung dan pendamping bagi keluarga Alawiyyin dalam melestarikan tradisi menjaga kemurnian nasab. "RA Manado harus mengadvokasi para Alawiyyin. Dalam soal nasab misalnya, RA harus ikut membantu menelusuri rekam jejak seorang yang bermarga Alawiyyin. Jika ada yang dengan sengaja mengganti nasab menjadi Alawiyyin, padahal ia bukan dari golongan Ba'alawi, maka RA harus bertindak tegas. Namun, RA juga harus membantu para alawiyin lain yang punya masalah administrasi ke-nasab-an. Jangan langsung memvonis seseorang Habib Palsu jika RA tidak mendalami sejarahnya. Hal ini dapat membuat kisruh. Akhirnya banyak umat yang diprovokasi sehingga berbuat dzalim." papar Taufik.
Menanggapi pernyataan tersebut, Habib Ahmad kemudian mengajak kepada semua pihak untuk tidak sembarangan menuduh seseorang sebagai pemalsu nasab apalagi jika hal itu dilakukan di medsos. "Saya secara pribadi tidak mendukung cara-cara yang tidak bijak dalam melihat masalah seperti itu. Jika ada seseorang yang bermarga Alawi, namun dia bermasalah secara administrasi, tidak boleh divonis sebagai Habib Palsu. Di RA kita memiliki tim peneliti nasab. Semua bekerja secara profesional." Imbuhnya. (Adm)
Menanggapi pernyataan tersebut, Habib Ahmad kemudian mengajak kepada semua pihak untuk tidak sembarangan menuduh seseorang sebagai pemalsu nasab apalagi jika hal itu dilakukan di medsos. "Saya secara pribadi tidak mendukung cara-cara yang tidak bijak dalam melihat masalah seperti itu. Jika ada seseorang yang bermarga Alawi, namun dia bermasalah secara administrasi, tidak boleh divonis sebagai Habib Palsu. Di RA kita memiliki tim peneliti nasab. Semua bekerja secara profesional." Imbuhnya. (Adm)
Komentar