Hb. Muhsin Bilfagih bersama para tokoh Kota Bitung |
alhikam-indonesia.com | Kegiatan
memperingati Tahun Baru Hijriah di Kota Bitung pada malam ini, Kamis (21/09),
berlangsung khidmat. Penyelenggara Hari-hari Besar Islam (PHBI) Kota Bitung
memilih untuk menggelar silaturahim akbar bersama tokoh dan masyarakat Muslim. Hadir
juga pada agenda tersebut kalangan non-muslim, baik para tokoh, pejabat hingga elemen
masyarakat lainnya.
Suasana hadirin |
Hampir
disetiap daerah, umat Islam menggelar kegiatan refleksi Tahun Baru Hijriah.
Mulai dari pawai obor, pengajian hingga acara-acara yang bernuansa religi
lainnya. Dalam konteks Sulawesi Utara, khususnya Kota Bitung, sebagai wilayah
yang heterogen (beragam), kegiatan perpindahan tahun baru Islam ini juga
diramaikan oleh kalangan pemeluk agama lain. Tak heran, pada acara silaturahim,
PHBI mengambil tema Dengan Masyarakat
Multikultural, Kita Jadikan Tahun Baru Hijriah Sebagai Momen Membangun Pesona
Budaya Islam Yang Menitik-Beratkan Pada Pembangunan Menuju Bitung Yang Rukun.
Berdasarkan
tema tersebut, Hb. Muhsin mengingatkan audiens tentang pentingnya kembali
menyadari posisi umat Islam yang berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) agar senantiasa cinta tanah air (Hubbul Wathon) melalui ajaran-ajaran
agama. “Kita harus sadar posisi. Di negeri ini, secara kritis perlu dipahami
bahwa ada pedoman hidup secara privat dan publik. Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha dan Konghucu adalah agama privat kita. Kita harus mengimaninya dengan
sungguh-sungguh. Sementara dalam konteks keindonesiaan, Pancasila adalah ‘agama’
publik kita. Jangan sampai kita menganggap bahwa Pancasila bertentangan dengan
ajaran agama. Jika penghayatan terhadap agama privat dan publik ini berjalan
dengan baik, niscaya bangsa Indonesia tidak akan mudah dihasut, diganggu,
bahkan dibuat ribut hanya karena masalah-masalah yang tidak subtantif. Oleh
karena itu, jadikanlah pelajaran hijrah sebagai ajang untuk meninggalkan
pemahaman yang sempit dalam beragama dan bernegara.” Jelas tokoh yang saat ini
menjabat sebagai staf khusus Bupati Minahasa Tenggara.
Selain Hb.
Muhsin, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bitung, Ulyas Taha, juga
berkesempatan memberikan sambutan. Menurutnya, kegiatan-kegiatan ceremonial pada
pergantian tahun hijriah sangat kental di Bumi Nyiur Melambai. “Di Sulut,
sangat kuat tradisi perayaan pergantian tahun hijriah dengan model seperti ini.”
Ujar Wakil Ketua Tanfidz PWNU Sulut tersebut. Ia pun menambahkan, bahwa pemikiran
Hb. Muhsin yang dituangkan dalam ceramahnya merupakan pelajaran berharga bagi
umat beragama di Kota Bitung. “Apa yang disampaikan Hb. Muhsin tadi adalah
benar. Cinta agama harus dibarengi dengan menghormati tanah air kita. Ide-ide
beliau sangat bagus sebagai tokoh Muslim di Sulut. Makanya kita berharap beliau
berkenan untuk kita calonkan sebagai anggota dewan di Bitung sebagai perwakilan
umat Islam” tambah Ulyas yang disambut tawa dan tepuk tangan para hadirin.
Kedua tokoh
NU ini, Hb. Muhsin dan Ulyas Taha, seirama untuk mengingatkan umat dalam
mencintai tanah air (hubbul wathon). Melalui kesempatan silaturahim tersebut,
keduanya kompak dalam mengajak semua pihak agar mau hijrah dari pola hidup yang
tidak harmonis menuju pada tatanan peradaban hakiki; saling rukun, cinta damai
dan peka terhadap masalah sosial.
Acara ini juga
dihadiri Sekretaris Kota Bitung (Audi Pangemanan), Ketua PHBI Bitung (Hi.
Ramlan), Ketua PPP Kota Bitung (Hi. Lukman Lamato), serta petinggi daerah
tersebut. Kegiatan pun diakhiri dengan doa bersama. (Adm)
Komentar