Keragaman, Anugerah atau Ancaman?

Apa yang Anda ketahui tentang keragaman? Bagaimana Anda mengelolanya? “Beranikah” Anda hidup berdampingan dengan kelompok yang berbeda dengan Anda, baik dari soal jenis suku, bangsa, agama dan ras? Bagaimana pandangan Anda tentang mereka? Apakah Anda akan mengklaim bahwa kebenaran hanya ada di pihak Anda, sementara mereka berada di posisi yang salah, sesat dan kafir? Anda akan memilih mana, menjadi “musuh” mereka sambil beraksi saling sapa, atau menjadi sahabat namun tak pernah bekerja sama?  Mungkin, Anda ingin menjadi bagian dari mereka dengan ketulusan hati, dan atau disertai kesadaran bahwa mereka “sama” kedudukannya dengan Anda?

Alhasil, jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas sangat sederhana namun menjadi ukuran untuk menilai siapa Anda sebenarnya.  Dibanyak daerah, keragaman menjadi keniscayaan yang perlu dikelola dengan baik atas kesadaran warganya. Sementara di wilayah lainnya, keragaman kerap menjadi sebuah bom waktu yang menunngu kapan akan meledak. Hal ini dikarenakan, warganya yang belum “bisa” memaklumi bahwa keragaman adalah suatu anugerah untuk dimanage dengan baik.
Hb. Muhsin bersama Mahasiswa STAIN, Univ. Kristen Tomohon dan Sek. Teologi Pineleng
Ada kelompok masyarakat, dengan sendirinya menyadari bahwa perbedaan itu merupakan sunnatullah yang mesti dirayakan. Mereka memiliki keinsafan internal serta dorongan kuat untuk menjadikan keragaman sebagai rahmat dalam realitas hidup. Kelompok seperti ini biasanya sering mengklaim sebagai entitas yang memiliki kebenarannya sembari menghargai atas kebenaran kelompok selainnya. Mereka lebih memilih hidup rukun dan berdampingan dengan penuh keyakinan bahwa dalam konteks ajaran perdamaian dan kebaikan, semua kelompok adalah “sama”. Mereka justru anti terhadap komunitas atau individu yang tidak mau menerima kebenaran dari selainnya. Dengan demikian, kelompok seperti ini, sepantasnya harus dipupuk dan terus di”hadir”kan demi terciptanya iklim kehidupan yang harmonis.

Rumitnya, jika yang dihadapi adalah kelompok kebalikan mereka di atas. Kelompok ini merepotkan. Jika Anda punya riwayat jantungan, jauhi diri Anda dari kelompok-kelompok seperti ini. Takutnya, Anda mendadak “jatuh” karena pikiran-pikiran mereka yang biasanya berujung pada keadaan buruk. Mereka suka memprovokasi, suka menghina, sering bicara kasar, selalu mengkafir-kafirkan bahkan biasanya bikin onar.

Kelompok yang terkahir ini, menganggap keragaman sebagai sebuah malapetaka. Mereka tahu bahwa berbeda itu ada dan sunnatullah, tapi mereka tidak akan meridhai jika orang atau kelompok di luar mereka itu berperan atau mengambil posisi strategis di ruang publik. Bagi mereka, the others itu jangan diberi ruang untuk berkspresi bahkan jika perlu harus di bumi hanguskan.


Nah, bagaimana menghadapi mereka (kelompok pertama dan kedua) ini? Silahkan ikuti kajian bersama Al Hikam Cinta Indonesia setiap malam rabu. Moment tersebut menjadi ajang terbaik untuk belajar mengelola keragaman. Bersama Habib Muhsin Bilfagih, kita diajak untuk menjadi pribadi yang mampu mengelola hidup sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-NYA. Hidup Bineka Tunggal Ika. 

Komentar