Adapun jalan Tarekat ini adalah bertujuan untuk mendekatkan diri kepada ALLAH, dengan demikian jalan satu-satunya yang akan ditempuh ialah mensucikan dirinya (hati). Agar terbentuk suatu jalinan yang akrab antara dirinya dengan ALLAH.
Adapun jalan yang akan ditempuh oleh Tarekat : Hendaklah mempunyai akar sambungan dengan ilmu / amalan yang diajarkan oleh Rasulullah. Jalan Tarekat ini harus ada restu dari Rosulullah yang diwarisi oleh sahabatnya dan seterusnya bersambung menjadi mata rantai sampai kepada para wali-waliullah yang agung dan sampailah kepada seorang guru untuk mengajar.
Sesungguhnya Tarekat yang tidak mempunyai saluran/wasilah dari Rasulullah dan para sahabatnya, maka jalan Tarekat itu pasti salah dan hanya rekayasa semata-mata dan tarekat yang seperti itu tidak sampai kepada Rosulullah (sia-sia).
Oleh karena itu siapa saja yang bermaksud mengikuti jalan pengajian Tarekat adalah menjadi tanggung jawabnya untuk mengetahui asal-usul Tarekat itu sendiri, yang pada intinya kita yakin itu datangnya dari pada Rosulullah dan para sahabat.
Jalan Tarekat adalah suatu cara memuja dan memuji ALLAH dan melatih diri supaya tidak melupaka ALLAH pada setiap saat dan mengembalikan bahwa keagungan itu benar-benar milik ALLAH
Bagaimana cara menyucikan diri ?, yaitu melalui proses mengenal nafsu-nafsu yang ada diri manusia, supaya tidak lalai dan tidak lupa dirinya kepada ALLAH. Dalam Al-Qur’an :
Artinya : “Hai orang yang berselimut,bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah,dan pakaianmu bersihkanlah” (QS. Al-Mudatsir 1-4)
Disamping itu juga orang Tarekat harus memelihara dirinya agar ALLAH cinta kepadanya. Dalam Al-Qur’an :
يُحِبُّنَهُمْ كَحُبِّ الله, وَالَّذِينَ اَمَنُو اشر حُبَّ الله
Artinya : “Mereka mencintai diri mereka seperti ALLAH mencintai mereka dan adapun orang-orang yang beriman sangat mencintai ALLAH ”.
Artinya : “Jika kamu benar-benar mencintai ALLAH maka ikuti aku, supaya ALLAH mencintai kamu ”. (aku=Muhammad) (QS. Al-Imran 3)
Adapun nafsu-nafsu yang dimiliki manusia sebagai berikut :
1. Nafsu Ammarah
2. Nafsu Lawwamah
3. Nafsu Mulhammah
4. Nafsu Mutmainnah
5. Radiah
6. Mardiah
7. Kamilah
Dengan mengenal nafsu-nafsu tersebut maka orang Tarekat akan mencapai martabat lebih tinggi yakni mencapai nafsu-nafsu itu sendiri. Untuk mencapai nafsu-nafsu ini, setiap orang harus menuntut dan mengamalkan saluran ilmu Tarekat dari guru-gurunya yang mursyid, disamping mereka mengikuti fatwa-fatwa yang dianjurkan oleh guru mereka dari satu peringkat ke peringkat berikutnya sehingga menjadi Insan Kamil yang diridhai oleh ALLAH dunia akhirat.
Mereka harus menjalani Tarekat mereka dengan tekun dan penuh usaha, supaya bisa mencapai martabat tersebut. Adapun amalan dan pekerjaan orang-orang Tarekat tidaklah lagi mengharap pahala. Artinya amaliah yang dilakukan pada taraf Tarekat ini semata-mata yang diharapkan agar dirinya bisa dekat kepada ALLAH. Mereka bukan lagi tergiur oleh pahala atau Syurga, sebaliknya mereka tergiur untuk bisa mengenal Tuhannya dengan jalan mnegenal dirinya sendiri, yang mereka butuhkan adalah ALLAH.
Kesimpulan :
- Pada taraf Tarekat yang dikehendaki adalah mengenal diri dan mengenal ALLAH, mensucikan nafsu dirinya ke satu derajat nafsu yang lebih tinggi.
Adapun jalan yang akan ditempuh oleh Tarekat : Hendaklah mempunyai akar sambungan dengan ilmu / amalan yang diajarkan oleh Rasulullah. Jalan Tarekat ini harus ada restu dari Rosulullah yang diwarisi oleh sahabatnya dan seterusnya bersambung menjadi mata rantai sampai kepada para wali-waliullah yang agung dan sampailah kepada seorang guru untuk mengajar.
Sesungguhnya Tarekat yang tidak mempunyai saluran/wasilah dari Rasulullah dan para sahabatnya, maka jalan Tarekat itu pasti salah dan hanya rekayasa semata-mata dan tarekat yang seperti itu tidak sampai kepada Rosulullah (sia-sia).
Oleh karena itu siapa saja yang bermaksud mengikuti jalan pengajian Tarekat adalah menjadi tanggung jawabnya untuk mengetahui asal-usul Tarekat itu sendiri, yang pada intinya kita yakin itu datangnya dari pada Rosulullah dan para sahabat.
Jalan Tarekat adalah suatu cara memuja dan memuji ALLAH dan melatih diri supaya tidak melupaka ALLAH pada setiap saat dan mengembalikan bahwa keagungan itu benar-benar milik ALLAH
Bagaimana cara menyucikan diri ?, yaitu melalui proses mengenal nafsu-nafsu yang ada diri manusia, supaya tidak lalai dan tidak lupa dirinya kepada ALLAH. Dalam Al-Qur’an :
Artinya : “Hai orang yang berselimut,bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah,dan pakaianmu bersihkanlah” (QS. Al-Mudatsir 1-4)
Disamping itu juga orang Tarekat harus memelihara dirinya agar ALLAH cinta kepadanya. Dalam Al-Qur’an :
يُحِبُّنَهُمْ كَحُبِّ الله, وَالَّذِينَ اَمَنُو اشر حُبَّ الله
Artinya : “Mereka mencintai diri mereka seperti ALLAH mencintai mereka dan adapun orang-orang yang beriman sangat mencintai ALLAH ”.
Artinya : “Jika kamu benar-benar mencintai ALLAH maka ikuti aku, supaya ALLAH mencintai kamu ”. (aku=Muhammad) (QS. Al-Imran 3)
Adapun nafsu-nafsu yang dimiliki manusia sebagai berikut :
1. Nafsu Ammarah
2. Nafsu Lawwamah
3. Nafsu Mulhammah
4. Nafsu Mutmainnah
5. Radiah
6. Mardiah
7. Kamilah
Dengan mengenal nafsu-nafsu tersebut maka orang Tarekat akan mencapai martabat lebih tinggi yakni mencapai nafsu-nafsu itu sendiri. Untuk mencapai nafsu-nafsu ini, setiap orang harus menuntut dan mengamalkan saluran ilmu Tarekat dari guru-gurunya yang mursyid, disamping mereka mengikuti fatwa-fatwa yang dianjurkan oleh guru mereka dari satu peringkat ke peringkat berikutnya sehingga menjadi Insan Kamil yang diridhai oleh ALLAH dunia akhirat.
Mereka harus menjalani Tarekat mereka dengan tekun dan penuh usaha, supaya bisa mencapai martabat tersebut. Adapun amalan dan pekerjaan orang-orang Tarekat tidaklah lagi mengharap pahala. Artinya amaliah yang dilakukan pada taraf Tarekat ini semata-mata yang diharapkan agar dirinya bisa dekat kepada ALLAH. Mereka bukan lagi tergiur oleh pahala atau Syurga, sebaliknya mereka tergiur untuk bisa mengenal Tuhannya dengan jalan mnegenal dirinya sendiri, yang mereka butuhkan adalah ALLAH.
Kesimpulan :
- Pada taraf Tarekat yang dikehendaki adalah mengenal diri dan mengenal ALLAH, mensucikan nafsu dirinya ke satu derajat nafsu yang lebih tinggi.
Komentar