Dalam rangka untuk mengetahui semua ini, maka kita perlu mempelajari 4 syarat yaitu :
1. Syariat
2. Tariqat
3. Hakikat
4. Ma’rifat
Empat cara inilah yang membuat kita berhubungan dengan ALLAH.
I. CARA SYARIAT
Adapun yang dinamakan jalan syariat itu ialah suatu jalan lahir yang membentuk peraturan (cara manusia bersikap kepada ALLAH dan juga kepada makhluq). Sesungguhnya peraturan-peraturan syariat ini datangnya dari ALLAH dan Rasulullah. Baik sumbernya dari AlQuran maupun melalui sikap dan perbuatan Nabi melalui hadist shahih.
Jika manusia benarr-benar mengikuti peraturan-peraturan syariat ini, maka manusia itu tidak mungkin sesat dalam dunia maupun akhirat. Hadist riwayat Muslim :
تركت فىكم امرين لن تضل بهما كتب الله وسنة الرسول الله
Artinya : “ Kamu tidak akan sesat selama-lamanya jika berpegang teguh pada Kitab ALLAH dan Sunnah Rasul”.
Didalam peraturan-peraturan ini (syariat) ALLAH telah menggariskan kontak hubungan diri-Nya dengan manusia secara hukum individu maupun secara kolektif
Dibahas juga soal aqidah, ibadah, muamalah, munakahat dan lain-lain, demi untuk kebahagiaan sesama manusia dan manusia dengan ALLAH.
Dalam syariat pula ditentukan garis-garis pedoman hidup tentang mana yang wajib, haram, sunnah, mubah, makruh, dan lain-lain. Diterangkan pula soal dosa, pahala, surga, neraka, dan lain-lain. Dengan kata lain bahwa ilmu syareat itu menggariskan dua pokok yakni:
1. Menggerjakan yang baik
2. Menjauhi yang buruk.
Adapun peringkat cara syareat adalah tergantung peraturan pengabdian hamba terhadap Tuhan-Nya dengan mengikuti garus panduan dan peraturan-peraturan yang ditentukan, maka dapatlah seorang hamba itu menjadi tarap hamba yang paling baik.
Ada satu hal yang perlu kita ingatkan bahwa pada taraf syareat ini, pengamalan -pengamalannya benar-benar mengharapkan suatu balasan atau upah dari setiap sesuatu yang dia kerjakan, dan dengan upah kerja yang dilakukannya itulah mereka yakin akan menentukan pada mereka dikaruniakan surga atau terpaksa keneraka.
Kesimpulan:
Bahwa pemikiran utama orang yang berada pada peringkat syareat itu ialah surga. Mereka punya satu keyakinan bahwa berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan, demikian sebaliknya.
Firman Allah:
فمن يعمل مثقال ذرةٍ خيرايرة - ومن يعمل مثقال ذرةٍ شرايرة
Artinya : “Siapa yang melakukan kebaikan akan dibalas kebaikan dan siapa yang melakukan keburukan akan dibalas keburukan.” (Al-Zalzalah 7-8)
Disamping mereka berusaha sedapat mungkin untuk melakukan pekerjaan dengan ikhlas untuk Allah semata-mata, tetapi mereka juga benar-benar mengharapkan satu balasan yang setimpaldengan pekerjaan yang dilakukan. Ini berarti mereka berbakti kepada Allah dengan udang berbalik batu atau ada hati dibalik batu. Jadi amalia pada maqam syareatboleh juga diibaratkan sebagai pengabdian separuh hamba. Lantas jika mereka benar-benar bersikap seperti hamba yang tulus, maka sudah tentu pekerjaan yang mereka lakukan tidak mengharapkan balasan apa-apa, karena setiap balasan bukan sesuatu yang boleh diminta-minta, Akan tetapi hal ini lebih merupakan suatu karunia dari tuhannya.
Firman Allah:
فمن يؤمن بربه --------
Artinya : “Barang siapa beriman kepada tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak takut pula akan penambahan dosa dan kesalahan”. (QS. Al-Jin 13)
Apakah baik seseorang yang mengakui dirinya hamba, kemudian menagih janji pada Tuhannya?. Apakah seorang hamba sanksi terhadap kebenaran janji Allah?.
Oleh sebab itu seorang yang mengerti bahwa dirinya adalah hamba, Sudah tentu dia tidak mengharapkan balasan dari Tuhannya. Dan Allah tidak mungkir terhadap janjinya. Sesungguhnya bagi mereka mengikuti cara syareat ini akan mencapai suatu martabat iman dan sholeh dengan mematuhi segala peraturan yang menyangkut hubungan dengan Allah maupun dengan mahluk. Kepada mereka dikaruniakan surga. Firman Allah:
ان الذين امنو وعملو الصلحة كانت لهم جنةٍ الفردوس نزلا خالدين فيها لاَيَبْنُونَ عَنْهَا حَوْلا
Artinya: "Sesungguhya orang –orang yang beriman dan beramal sholeh, bagi mereka adalah surga firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal didalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya." (QS. Al-Kahfi 107)
Adalah perlu diingatkan bahwa masuknya orang-orang syareat ini kedalam surga itu bukan sekali-kali karena pahala yang mereka lakukan, tetapi karena rasa sayangnya Allah pada mereka. Sebab berapa pun pahala tidak mungkin membeli sebuah surga. Sebaiknya orang syari’at berusaha sedapat mungkin untuk mencapai pada tingkat mu’min. Agar الله bisa membeli dirinya dan hartanya dengan Syurga. Firman الله Surah Attaubah 111 :
اِنَّ الله شْتَراَ مِنَ الْمُؤْمنين انفسهم وأمْوَالُهُمْ بِ اَنَّ لَهُمْ اْلجَنَّةِ، يَقْتُلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيَقْتُلُونَ
Artinya : “ Sesungguhnya ALLAH membeli dari orang mu’min, diri dan harta mereka dengan Surga mereka berperang dijalan ALLAH, lalu mereka membunuh atau terbunuh”. (QS. Attaubah 111)
Maka berbahagialah manusia-manusia yang mengamalkan cara syariat, yang menduduki taraf martabat dirinya sebagai hamba yang mu’min dan mereka memang dijamin oleh ALLAH.
Firman ALLAH :
.
Artinya : “Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (As-Shofaat 111)
Kesimpulan :
- Diujung pengharapan mereka yang diinginkan adalah syurga mereka berusaha menghindar dari perbuatan keburukan yang mengakibatkan masuk neraka.
- Dia akan berusaha mencari pahala yang sebanyak-banyaknya dan dia akan berusaha melakukan apa yang diperintahkan dan menghindar dari apa yang dilarang
1. Syariat
2. Tariqat
3. Hakikat
4. Ma’rifat
Empat cara inilah yang membuat kita berhubungan dengan ALLAH.
I. CARA SYARIAT
Adapun yang dinamakan jalan syariat itu ialah suatu jalan lahir yang membentuk peraturan (cara manusia bersikap kepada ALLAH dan juga kepada makhluq). Sesungguhnya peraturan-peraturan syariat ini datangnya dari ALLAH dan Rasulullah. Baik sumbernya dari AlQuran maupun melalui sikap dan perbuatan Nabi melalui hadist shahih.
Jika manusia benarr-benar mengikuti peraturan-peraturan syariat ini, maka manusia itu tidak mungkin sesat dalam dunia maupun akhirat. Hadist riwayat Muslim :
تركت فىكم امرين لن تضل بهما كتب الله وسنة الرسول الله
Artinya : “ Kamu tidak akan sesat selama-lamanya jika berpegang teguh pada Kitab ALLAH dan Sunnah Rasul”.
Didalam peraturan-peraturan ini (syariat) ALLAH telah menggariskan kontak hubungan diri-Nya dengan manusia secara hukum individu maupun secara kolektif
Dibahas juga soal aqidah, ibadah, muamalah, munakahat dan lain-lain, demi untuk kebahagiaan sesama manusia dan manusia dengan ALLAH.
Dalam syariat pula ditentukan garis-garis pedoman hidup tentang mana yang wajib, haram, sunnah, mubah, makruh, dan lain-lain. Diterangkan pula soal dosa, pahala, surga, neraka, dan lain-lain. Dengan kata lain bahwa ilmu syareat itu menggariskan dua pokok yakni:
1. Menggerjakan yang baik
2. Menjauhi yang buruk.
Adapun peringkat cara syareat adalah tergantung peraturan pengabdian hamba terhadap Tuhan-Nya dengan mengikuti garus panduan dan peraturan-peraturan yang ditentukan, maka dapatlah seorang hamba itu menjadi tarap hamba yang paling baik.
Ada satu hal yang perlu kita ingatkan bahwa pada taraf syareat ini, pengamalan -pengamalannya benar-benar mengharapkan suatu balasan atau upah dari setiap sesuatu yang dia kerjakan, dan dengan upah kerja yang dilakukannya itulah mereka yakin akan menentukan pada mereka dikaruniakan surga atau terpaksa keneraka.
Kesimpulan:
Bahwa pemikiran utama orang yang berada pada peringkat syareat itu ialah surga. Mereka punya satu keyakinan bahwa berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan, demikian sebaliknya.
Firman Allah:
فمن يعمل مثقال ذرةٍ خيرايرة - ومن يعمل مثقال ذرةٍ شرايرة
Artinya : “Siapa yang melakukan kebaikan akan dibalas kebaikan dan siapa yang melakukan keburukan akan dibalas keburukan.” (Al-Zalzalah 7-8)
Disamping mereka berusaha sedapat mungkin untuk melakukan pekerjaan dengan ikhlas untuk Allah semata-mata, tetapi mereka juga benar-benar mengharapkan satu balasan yang setimpaldengan pekerjaan yang dilakukan. Ini berarti mereka berbakti kepada Allah dengan udang berbalik batu atau ada hati dibalik batu. Jadi amalia pada maqam syareatboleh juga diibaratkan sebagai pengabdian separuh hamba. Lantas jika mereka benar-benar bersikap seperti hamba yang tulus, maka sudah tentu pekerjaan yang mereka lakukan tidak mengharapkan balasan apa-apa, karena setiap balasan bukan sesuatu yang boleh diminta-minta, Akan tetapi hal ini lebih merupakan suatu karunia dari tuhannya.
Firman Allah:
فمن يؤمن بربه --------
Artinya : “Barang siapa beriman kepada tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak takut pula akan penambahan dosa dan kesalahan”. (QS. Al-Jin 13)
Apakah baik seseorang yang mengakui dirinya hamba, kemudian menagih janji pada Tuhannya?. Apakah seorang hamba sanksi terhadap kebenaran janji Allah?.
Oleh sebab itu seorang yang mengerti bahwa dirinya adalah hamba, Sudah tentu dia tidak mengharapkan balasan dari Tuhannya. Dan Allah tidak mungkir terhadap janjinya. Sesungguhnya bagi mereka mengikuti cara syareat ini akan mencapai suatu martabat iman dan sholeh dengan mematuhi segala peraturan yang menyangkut hubungan dengan Allah maupun dengan mahluk. Kepada mereka dikaruniakan surga. Firman Allah:
ان الذين امنو وعملو الصلحة كانت لهم جنةٍ الفردوس نزلا خالدين فيها لاَيَبْنُونَ عَنْهَا حَوْلا
Artinya: "Sesungguhya orang –orang yang beriman dan beramal sholeh, bagi mereka adalah surga firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal didalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya." (QS. Al-Kahfi 107)
Adalah perlu diingatkan bahwa masuknya orang-orang syareat ini kedalam surga itu bukan sekali-kali karena pahala yang mereka lakukan, tetapi karena rasa sayangnya Allah pada mereka. Sebab berapa pun pahala tidak mungkin membeli sebuah surga. Sebaiknya orang syari’at berusaha sedapat mungkin untuk mencapai pada tingkat mu’min. Agar الله bisa membeli dirinya dan hartanya dengan Syurga. Firman الله Surah Attaubah 111 :
اِنَّ الله شْتَراَ مِنَ الْمُؤْمنين انفسهم وأمْوَالُهُمْ بِ اَنَّ لَهُمْ اْلجَنَّةِ، يَقْتُلُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيَقْتُلُونَ
Artinya : “ Sesungguhnya ALLAH membeli dari orang mu’min, diri dan harta mereka dengan Surga mereka berperang dijalan ALLAH, lalu mereka membunuh atau terbunuh”. (QS. Attaubah 111)
Maka berbahagialah manusia-manusia yang mengamalkan cara syariat, yang menduduki taraf martabat dirinya sebagai hamba yang mu’min dan mereka memang dijamin oleh ALLAH.
Firman ALLAH :
.
Artinya : “Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (As-Shofaat 111)
Kesimpulan :
- Diujung pengharapan mereka yang diinginkan adalah syurga mereka berusaha menghindar dari perbuatan keburukan yang mengakibatkan masuk neraka.
- Dia akan berusaha mencari pahala yang sebanyak-banyaknya dan dia akan berusaha melakukan apa yang diperintahkan dan menghindar dari apa yang dilarang
Komentar